Sewaktu duduk di bangku smk dulu, gue sebel banget sama IQ gue, cuma 107. Bete banget iya. Tapi justru berawal dari angka 107 itu gue mencoba untuk bangkit, membuat keyakinan bahwa gue mampu bersaing. Gue berusaha untuk mengejar ketertinggalan gue dalam hal pelajaran. Di kepala gue yang ada cuma pertanyaan, "Gimana caranya supaya gue bisa sejajar dengan orang-orang yang punya IQ di atas gue?". Gue bukan orang yang suka sama yang namanya matematika, gue lebih suka bahasa inggris, geografi dan sejarah. Tapi gue masih mau belajar supaya gue bisa mendapatkan apa yang gue inginkan. Gue gak tahu IQ gue sekarang berapa, tapi jujur karena tes IQ itu pikiran gue selalau terpaku sama IQ. Nyokap gue bilang, IQ tidak cukup bisa untuk menyebut seseorang pintar. Dan gue tahu gue bukan orang yang pintar menurut gue. Dari dulu gue cuma berusaha gimana caranya supaya gue bisa berada di depan, gimana caranya supaya gue bisa unggul di antara yang lain.
Sampai berstatus sebagai mahasiswi pun gue mencoba untuk dapet nilai yang bagus. Pada dasarnya gue gak ingin direndahin makanya gue berusaha untuk berprestasi di bidang akademik, meskipun sampai sekarang gue menganggap diri gue belum berhasil. Tapi nyokap gue bilang, yang penting gue udah berusaha. Gue kuliah bukan cuma buat status aja, tapi gue punya rencana juga tujuan. Bisa dibilang kepala gue isinya kebanyakan rencana masa depan gue. Gue berusaha untuk punya plan A, plan B supaya gue bisa melakukan sesuatu di situasi yang mendesak. Gue gak suka ada di belakang, dulu gue bukan orang yang optimis. Tapi semenjak kuliah, cara pandang gue berubah. Gue berusaha punya keyakinan, berusaha untuk tetap optimis terhadap apa yang telah gue lakukan. Gue gak mau jadi orang yang gak pernah punya rencana. Tapi jujur gue kadang masih punya sifat iri, gue gak ngerti deh kalau denger ada mahasiswa yang dapet IPK 3,84 itu termasuk iri apa nggak. Tapi yang ada di kepala gue ada beberapa pertanyaan, "dia ngapaian aja ya di rumah?Apa belajar terus?", "Bisa gak ya gue kayak gitu?" atau "Minder gue sama dia, IPK gue kan cuma 3,41, jauh banget kali..". Gue gak pernah puas terhadap apa yang udah gue dapatkan, bukannya rakus, tapi cuma gue jadikan sebagai cambuk agar gue berusaha lebih keras lagi.
Di sisi lain, gue cuma gak mau pengorbanan orangtua gue untuk biayain kuliah gue itu sia-sia. Gue menginginkan hasil terbaik. Jujur gue bukan cewek yang berasal dari keluarga berada, gue terbiasa mendapatkan sesuatu dengan berusaha lebih dulu meskipun awalnya gue gak nerima, tapi gue pikir gue harus nerima karena kalau nggak mungkin gue bisa menyalahkan Tuhan. Tapi justru dengan berusaha mental gue bisa terasah. Gue ingin pandangan orang berubah. Gue ingin cewek-cewek yang bukan most popular girl kayak gue bisa mendapatkan sesuatu yang lebih daripada most popular girl atau julukan lainnya. Gue ingin mengatakan pada dunia kalau dunia ini bukan cuma milik cewek-cewek yang menyandang predikat most popular girl dan sebagainya. Gue ingin mengubah pikiran orang kalau fisik bukanlah sesuatu yang bisa terus-menerus dijadikan tolak ukur. Otak harus dijadiin sebagai tolak ukur yang utama. Bisa dibilang jangan melulu mengedepankan sesuatu yang hanya bisa dilihat dari luar meskipun penampilan juga harus diperhitungkan.
Mungkin pemikiran gue bakal dibenci sebagian cewek-cewek yang gak punya latar belakang seperti gue tapi tolong dipahami ya kalau dunia ini juga milik bersama. Ini abad 21 loh, beri kesempatan pada semua cewek-cewek untuk bisa menjadi yang terdepan.
So...sampai detik ini gue masih berusaha untuk mendapatkan apa yang gue inginkan di masa depan. Banyak banget yang ingin gue lakukan dengan syarat mendapatkan nilai terbaik untuk saat ini. Demi gue, demi orang tua gue. Amin.
Komentar
Posting Komentar